Bisakah Kita Menjelajahi Masa Lalu? Sains dan Grandfather Paradox

Perjalanan waktu bukan hanya tema favorit dalam film dan fiksi ilmiah, tetapi juga telah menjadi bahan perdebatan serius di dunia fisika teoritis. Banyak dari kita mungkin pernah membayangkan bagaimana rasanya kembali ke masa lalu untuk memperbaiki kesalahan, menyaksikan peristiwa sejarah, atau bahkan travel ke masa depan untuk mengantisipasi kesalahan di masa mendatang. Tapi pertanyaannya, apakah perjalanan waktu benar-benar mungkin secara ilmiah?

Salah satu gagasan paling menarik dalam diskusi ini adalah Grandfather Paradox, sebuah pemikiran yang menunjukkan betapa rumitnya konsekuensi logika dari perjalanan ke masa lampau. Bayangkan seseorang kembali ke masa lalu dan membunuh kakeknya sendiri sebelum ayah atau ibunya lahir. Jika kakeknya mati, maka orang tua si pelaku tidak pernah lahir, dan artinya dia sendiri tidak pernah ada untuk kembali ke masa lalu dan membunuh sang kakek. Tapi jika dia tidak ada, bagaimana mungkin dia bisa membunuh kakeknya? Begitu terus membentuk lingkaran tak masuk akal.

Grandfather Paradox, aksi di masa lalu menghapus kemungkinan keberadaan si pelaku, yang kemudian menghapus pula tindakan yang dilakukannya. Masih belum paham? Mari kita ambil contoh kasus lain. Bayangkan seseorang menemukan mesin waktu, lalu orang tersebut menjelajah ke masa lampau untuk mencegah penjajahan Belanda di Nusantara. Jika orang tersebut berhasil menghentikan penjajahan Belanda di Nusantara, maka seharusnya dia tidak akan pernah pergi ke masa lalu untuk mencegah penjajahan, karena penjajahan itu sendiri sudah lenyap sebelum orang tersebut pergi ke masa lalu.

Dalam fisika modern, khususnya teori relativitas Einstein, waktu dan ruang saling berkaitan membentuk ruang-waktu. Dalam teori ini, waktu bukan sesuatu yang mutlak, namun relatif, karena dapat melambat atau melengkung tergantung kecepatan dan gravitasi. Fenomena perjalanan waktu ke masa depan dalam skala kecil atau dilatasi waktu masih mungkin untuk terjadi, seperti jam di satelit GPS perlu dikoreksi secara rutin karena bergerak dalam gravitasi yang lebih lemah dan kecepatan tinggi, ini adalah bukti nyata bahwa waktu bisa berjalan lebih lambat. Namun, bagaimana dengan perjalanan waktu ke masa lalu menurut teori Einstein?

Salah satu cara untuk menjelajah ke masa lalu berdasarkan teori Einstein adalah dengan melalui jalur wormhole, sebuah struktur hipotesis dalam ruang-waktu yang menghubungkan dua titik berbeda di alam semesta bisa dalam ruang, waktu, atau keduanya.

Wormhole memiliki sifat yang rapuh dan tidak stabil, sehingga solusi matematis wormhole agar stabil diperlukan materi eksotik, yaitu materi energi negatif yang hampir tak terhingga. Fisikawan Stephen Hawking bahkan menggaris bawahi bahwa secara fisik hal tersebut tidak realistis. Selain itu, berdasarkan teori Stephen Hawking yaitu Chronology Protection menyatakan alam semesta memiliki mekanisme alami untuk mencegah perjalanan waktu ke masa lalu.

Perjalanan waktu masih menjadi teka-teki besar bagi dunia sains. Grandfather Paradox menunjukkan bahwa waktu bukan hanya persoalan detik dan menit, tetapi juga logika, sebab-akibat, dan struktur mendalam dari alam semesta.

“Jika perjalanan waktu ke masa lalu memungkinkan, di mana para penjelajah waktu dari masa depan?” -Stephen Hawking

Berita Terkait

Apakah Logis Sudah Pasti Ilmiah?
Heliosentris Tidak Sepenuhnya Tepat: Mengapa Planet ...
(BEC) Bose-Einstein Condensate: Zat Aneh dari ...
Penjelasan Ringkas Lahirnya Mekanika Kuantum: Dunia ...