Air Tak Selalu Murni: Fakta Kimia Air Minum dan Kandungan di Dalamnya

Air merupakan kebutuhan utama manusia dan semua makhluk hidup di bumi. Kita sering menganggap air minum sebagai sesuatu yang aman selama terlihat jernih dan tidak berbau. Namun, dalam kenyataannya, air minum tidak selalu murni secara kimiawi. Air bisa mengandung berbagai zat, mulai dari mineral alami yang menyehatkan hingga kontaminan berbahaya yang tak kasatmata.

Secara alami, air dari sumber tanah atau pegunungan membawa mineral terlarut yang dibutuhkan tubuh. Mineral seperti kalsium (Ca²⁺), magnesium (Mg²⁺), dan kalium (K⁺) berperan penting dalam menjaga keseimbangan elektrolit dan mendukung fungsi tubuh. Bahkan, air mineral kemasan mengandalkan kandungan ini sebagai nilai jual. Namun, air minum juga sering mengandung zat tambahan hasil pengolahan, seperti klorin (Cl) yang digunakan oleh PDAM untuk membunuh kuman. Dalam jumlah kecil, klorin relatif aman, tetapi jika melebihi batas, dapat menyebabkan iritasi dan memengaruhi rasa air.

Bahaya utama dalam air minum berasal dari kontaminasi kimia, baik akibat limbah industri, pertanian, maupun limbah rumah tangga. Salah satu kelompok pencemar yang paling berbahaya adalah logam berat, seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), dan arsenik (As). Paparan jangka panjang terhadap logam berat dapat menyebabkan gangguan saraf, ginjal, hingga kanker. Selain itu, senyawa nitrat dan nitrit yang berasal dari pupuk pertanian juga berisiko tinggi, terutama bagi bayi. Kandungan nitrat tinggi dalam air dapat menyebabkan kondisi serius yang dikenal sebagai blue baby syndrome, di mana kemampuan darah untuk membawa oksigen menurun. Air juga bisa tercemar oleh residu pestisida dan obat-obatan dari limbah pertanian dan rumah sakit, yang tidak dapat dihilangkan hanya dengan perebusan.

Apa yang harus kita perhatikan?

Untuk menilai kualitas air minum, para ahli menggunakan sejumlah parameter kimia, seperti pH, Total Dissolved Solids (TDS), serta kandungan logam dan senyawa berbahaya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan ambang batas yang aman bagi tiap unsur. Misalnya, kadar timbal dalam air tidak boleh melebihi 0,01 mg/L, sementara pH air sehat berkisar antara 6,5 hingga 8,5. Nilai di luar batas ini bisa menyebabkan gangguan kesehatan maupun kerusakan peralatan rumah tangga seperti pipa dan keran.

Berbagai metode penyaringan dan pengolahan air telah dikembangkan untuk memastikan air yang kita minum aman. Cara paling sederhana adalah merebus air, yang efektif membunuh bakteri dan virus, namun tidak menghilangkan zat kimia seperti logam berat. Untuk penyaringan kimiawi, tersedia alat seperti filter karbon aktif (yang menghilangkan bau dan klorin), reverse osmosis (RO) (untuk menyaring logam berat dan partikel kecil), serta UV sterilizer yang mampu membunuh mikroorganisme tanpa bahan kimia tambahan.

Air minum memang vital bagi kehidupan, tetapi air yang jernih belum tentu aman secara kimia. Kandungan mineral yang bermanfaat sering kali hadir berdampingan dengan potensi pencemar berbahaya yang tidak terlihat mata. Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan kualitas air yang dikonsumsi, baik melalui pengecekan rutin, penggunaan alat penyaring yang tepat, atau memilih sumber air yang sudah terverifikasi keamanannya.

Berita Terkait

Apakah Logis Sudah Pasti Ilmiah?
Heliosentris Tidak Sepenuhnya Tepat: Mengapa Planet ...
(BEC) Bose-Einstein Condensate: Zat Aneh dari ...
Penjelasan Ringkas Lahirnya Mekanika Kuantum: Dunia ...